Senin, 15 Juni 2015

Merayakan Hari Kembangkitan Nasional


Oleh : Ramdani Laksono

69 tahun Indonesia telah merdeka dan sejak dideklarasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh perwakilan bangsa Indonesia yakni Soekarno dan Hatta yang menandai lepasnya kolonialisme yang menjangkit Indonesia maka patut dibanggakan pencapaian tersebut. Menghargai jasa-jasa pendahulu bangsa memang harus dilakukan karena dengan jasa-jasa mereka negara yang indah ini dapat berdiri sampai sekarang. Namun konteks menghargai tidak sebatas dengan kita merenung dan berdoa untuk Indonesia yang lebih baik. Lagi-lagi harus lebih dari itu karena hasil renungan dan doa-doa baik tidak akan terlaksana kalau kita tidak mencoba melakukannya.

Bertepatan dengan Tanggal 20 Mei yang dideklarasikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional maka kita juga harus ikut merayakannya dengan cara yang tepat. Tegas dan jelas bahwa memaknai suatu hari bersejarah dirasa kurang hanya dengan merenung dan berdoa tanpa melakukan tindakan konkret. Untuk dapat merayakan suatu hari bersejarah dengan tepat dan dapat menghasilkan suatu resolusi mantap maka terlebih dahulu harus dikemukakan latar belakang sosio historis yang dapat memberi pemahaman kepada kita mengapa hari tersebut sungguh bermakna. Berkaca dari gerak sejarah adalah tindakan sungguh tepat dalam membaca gerak-gerak perkembangan zaman dan merumuskan resolusi yang dirasa mantap.

Tentu tidak asal ucap dan asal sebut mengenai suatu peristilahan mengenai hari yang bermakna dalam sebuah kalender. Berbicara hari kebangkitan nasional maka tentu kita berbicara bagaimana tanggal 20 Mei beberapa abad silam atau tepatnya era 1900. Tanggal tersebut diambil berdasarkan tanggal berdirinya organisasi Budi Utomo. Namun bukan hanya Budi Utomo saja organisasi yang berdiri pada era 1900, banyak organisasi lain yang bermunculan sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Budi Utomo dianggap sebagai pencetus organisasi yang menjadi perlawanan terhadap kolonialisme pada era itu. Organisasi lain yang bermunculan setelah Budi Utomo ada cukup banyak antara lain Indische Partij, Sarikat Dagang Islam, dan juga tidak dapat kita lupakan mengenai Medan Priyayi yakni Pers yang bercorak nasional pertama di Indonesia.
            Lahirnya organisasi-organisasi yang bercorak nasional tidak dapat dilepaskan dari peran pemuda pada masa itu. Peran pemuda dalam berbagai perkembangan zaman di dunia memang sungguh mengesankan. Dengan ciri pemikiran terbuka dan cenderung menyukai perubahan maka pemuda mempunyai peranan penting bagi suatu perubahan dalam suatu peradaban yang terpuruk. Apabila kita menengok fakta-fakta sejarah Indonesia, tak dapat di pungkiri bahwa pergerakan kemerdekaan indonesia modern melawan kolonialisme digerakan dan dipelopori oleh kaum muda yang membentuk beberapa organisasi pergerakan yang bersifat nasionalis.

Hal ini bisa kita lihat bahwa umur-umur para tokoh pergerakan nasional tersebut berkisar antara 20-30 tahunan. Kartini sewaktu menyuarakan Cri De Coueurnya (Jeritan Hati Nuraninya) pada tahun 1900-an melawan feodalisme dan kolonialisme, berusia 20 tahunan. Begitu juga Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo beserta kawan-kawannya ketika mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 mereka semua berusia 20-25 tahunan. Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS Tjokroaminoto ketika memimpin organisasi tersebut berusia 25 tahun. Soebadio Sastrosatomo, Wikana, Chaerul Saleh, dan Soekarni, serta dokter Moeward ketika memaksa Sukarno untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia berusia 25-30 tahunan, dan Sultan Syahrir sendiri yang ikut menggerakan pemuda pada waktu itu berusia 36 tahun.

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran pemuda dalam perkembangan zaman suatu peradaban memegang peranan penting. Peran pemuda menjadi sangat penting dalam suatu perjuangan untuk melawan suatu realitas yang berbau penindasan. Namun pergerakan pemuda tanpa melibatkan rakyat adalah tidak tepat. Pemuda harus saling bahu membahu dengan kaum rakyat tertindas dalam menghadapi penindasan yang menimpa suatu bangsa. Pemuda adalah salah satu irama rahasia dalam suatu perjuangan untuk memajukan peradaban.

Tahun 1900 dan sekarang tentu sudah jauh berbeda dan banyak memiliki perbedaan. Namun peran pemuda selalu memegang peranan penting dalam sebuah perjuangan untuk memajukan peradaban terpuruk. Sebagai usia yang produktif, pemuda memilki masa depan untuk bisa menuju kemajuan bersama masyarakat. Dilihat dari aspek usia, pemuda berjumlah 75 Juta orang dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 244, 8 Juta orang. Pemuda tersebar sebagai pelajar dan mahasiswa, buruh, tani. Persebaran yang ada di setiap sektor dan ciri-ciri khususnya menjadikan kedudukan peran pemuda sangat penting sebagai tenaga produktif dalam suatu bangsa.  

Moment Hari Kebangkitan Nasional harus dijadikan sebagai rekfeksi dan merumuskan resolusi-resolusi konkret dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi Indonesia pada umumnya dan pemuda mahasiswa pada khususnya. Indonesia memang sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Penjajahan model baru yang tidak terlihat dan kasat mata sedang menjangkit Indonesia. Lahir kebijakan-kebijakan yang anti rakyat, semisal pencabutan subsidi bbm, penguasaan sumber daya alam yang timpang, perampasan tanah oleh negara dan banyak hal lainnya yang pada akhirnya menimbulkan kesenjangan secara ekonomi dalam masyarakat Indonesia. Masalah-masalah tersebut kian hari semakin menampakan dirinya dan menandai bahwa Indonesia memang tidak sedang baik-baik saja. Indonesia sedang dijajah secara lembut namun berdampak nyata dan menyengsarakan rakyat.

A. Problem Umum Pemuda Indonesia             
           
Diawali dengan masalah-masalah seperti disebut diatas maka akan ikut berdampak kepada sektor pemuda Indonesia. Persoalan umum pemuda dalam masyarakat Indonesia adalahPendidikan dan Pekerjaan. Sebab pendidikan yang mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi modal bagi pemuda untuk mengembangkan diri menjadi tenaga produktif untuk mengambil bagian dalam memajukan kondisi rakyat Indonesia. Namun pada kenyataannya, pendidikan yang menjadi hak setiap warga negara atau pemuda pada khususnya masih saja dirampas oleh negara. Pendidikan merupakan hak konstitusional warga negara yang diatur dalam UUD 1945 maka negara wajib menyelenggarakannya tanpa terkecuali. Akan tetapi kebijakan liberalisasi, komersialisasi, dan privatisasi telah menjadikan pendidikan sebagai komoditas yang berorientasi keuntungan.
            Kemudian orientasi politik pendidikan di Indonesia, dijadikan sebagai alat kebudayaan untuk melegitimasi segala kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi, politik, budaya dan militer yang menguntungkan bagi negara asing. Sistem pendidikan yang tidak ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada rakyat hingga saat ini, melahirkan watak-watak yang anti progesif untuk mengabdi kepada rakyat. Sehingga saat ini banyak kita temukan kaum-kaum intelektuil baik yang bergelar Sarjana, Master, Profesor, menjadi penghamba bagi Rejim boneka dan perusahaan-perusahan yang melanggengkan kepentingan negara asing.

Sementara itu, sempitnya lapangan pekerjaan menjadi persoalan bagi pemuda di Indonesia. Dari total angkatan kerja di Indonesia berjumlah 118 juta orang, saat ini penggangguran di Indonesia terhitung sebanyak 71,4 Juta dan bekerja serabutan sekitar 58 Juta orang. Sedangkan pengangguran di usia muda di Indonesia, berjumlah 4,9 juta orang. Sementara pengganguran yang berlatar belakang dari lulusan mahasiswa berjumlah 1,2 juta orang. Pemuda yang disebut sebagai kekuatan produktif di Indonesia bahkan tidak diberikan akses atas lapangan pekerjaan untuk dapat mengembangkan kemampuan skill dan ilmu pengetahuan untuk mendukung perjuangan reforma agraria sejati dan industry nasional di Indonesia sebagai syarat kemajuan rakyat Indonesia.

B. Problem Khusus Pemuda Mahasiswa Indonesia

Dari persoalaan umum pemuda Indonesia atas pendidikan dan pekerjaan, kita menyimpulkan persoalan khusus yang dihadapai oleh pemuda mahasiswa diantaranya mencakup problem kebudayaan dan ekonomi, yakni :
- Mahalnya biaya pendidikan, membuat rendahnya akses rakyat terutama dari kalangan pemuda yang berlatar belakang klas buruh dan tani. Sehingga ini mempertahankan kebudayaan terbelakang yang menindas dan menghisap rakyat Indonesia.
- Sistem pendidikan nasional di Indonesia menanamkan nilai anti ilmiah, anti demokratis dan anti mengabdi kepada rakyat dan menjadikan pendidikan sebagai alat kebudayaan untuk mendukung kepentingan negara asing. Sehingga pendidikan Indonesia hanya melahirkan kaum-kaum intelektuil yang tidak berusaha memecahkan problem rakyat.
- Sempitnya lapangan pekerjaan dan tidak adanya pekerjaan yang layak, menciptakan pemuda penggangguran di Indonesia atau sebagian hanya bekerja serabutan. Demikian juga pemuda mahasiswa yang kerap menjadi penganguran dan tidak bekerja sesuai dengan keahlian disiplin ilmunya untuk mendukung pembangunan nasional yang mengabdi kepada rakyat.

C. Epilog
           
Dirasa penting untuk menelisik kembali pemaknaan Hari Kebangkitan Nasional  serta permasalahan-permasalahan pemuda mahasiswa pada era kekinian. Melihat dari kacamata sejarah bahwa lahirnya organisasi-organisasi yang bersifat nasional merupakan titik awal dari kebangkitan nasional untuk melawan kolonilalisme kala itu. Tentunya berbeda permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia era 1900 dan era kontemporer. Namun metode yang digunakan tidak jauh berbeda yakni dengan belajar, berorganisasi, dan berjuang.
Pentingnya untuk pemuda mahasiswa agar dapat menambah pengetahuan agar mampu menganalisis permasalahan-permasalahan yang terjadi di sektor pemuda mahasiswa dan berusaha memberikan solusi atas masalah yang menimpa pemuda mahasiswa. Lalu tidak cukuplah kaum pemuda khususnya mahasiswa setelah pengetahuannya bertambah tentang teori-teori yang maju serta modern dapat semudah itu mendapat pengakuan hak-haknya yang selama ini dikerdilkan. Langkah kedua adalah dengan berorganisasi, karena dengan berorganisasi kita dapat memilki ruang-ruang untuk mempraktekan pengetahuan-pengetahuan yang mereka dapat.

Apakah pengetahuan itu sudah baik atau masih belum tentulah dapat dilihat apabila mereka berpraktek langsung dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang mereka dapat. Dalam organisasi sudah barang tentu memiliki tujuan yang harus ditunaikan, dengan dasar memiliki pengetahuan yang mumpuni serta kawan-kawan yang memiliki tujuan bersama dalam organisasi maka tentu tidaklah sulit untuk mencapai tujuan tersebut. Konsisten, dialektis, dan objektif dalam melangkah sudah hal wajib yang harus dikedepankan agar tujuan organisasi terwujud. Lalu, apakah sudah cukup hanya dengan memiliki pengetahuan lalu berorganisasi? Nampaknya tidak, agar problem pokok pemuda mahasiswa terwujud haruslah diperjuangkan. Berjuang disini dapat diartikan sebagai wujud pengabdian kita dari apa yang kita pelajari. Berjuang adalah ruang lain untuk menguji ilmu yang telah kita dapatkan. Tentu saja dalam berjuang kita tidak bergerak sendirian. Oleh sebab itu, sebelum berjuang perlu kiranya kita untuk berorganisasi. Maka, pentinglah pemuda khususnya mahasiswa untuk belajar, berorganisasi, dan berjuang agar hak-hak pemuda mahasiswa dapat terwujud.

Tidak ada komentar: