Oleh : Ramdani Laksono
69 tahun Indonesia telah merdeka dan sejak dideklarasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh perwakilan bangsa Indonesia yakni Soekarno dan Hatta yang menandai lepasnya kolonialisme yang menjangkit Indonesia maka patut dibanggakan pencapaian tersebut. Menghargai jasa-jasa pendahulu bangsa memang harus dilakukan karena dengan jasa-jasa mereka negara yang indah ini dapat berdiri sampai sekarang. Namun konteks menghargai tidak sebatas dengan kita merenung dan berdoa untuk Indonesia yang lebih baik. Lagi-lagi harus lebih dari itu karena hasil renungan dan doa-doa baik tidak akan terlaksana kalau kita tidak mencoba melakukannya.
Bertepatan
dengan Tanggal 20 Mei yang dideklarasikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional maka
kita juga harus ikut merayakannya dengan cara yang tepat. Tegas dan jelas bahwa
memaknai suatu hari bersejarah dirasa kurang hanya dengan merenung dan berdoa
tanpa melakukan tindakan konkret. Untuk dapat merayakan suatu hari bersejarah
dengan tepat dan dapat menghasilkan suatu resolusi mantap maka terlebih dahulu
harus dikemukakan latar belakang sosio historis yang dapat memberi pemahaman
kepada kita mengapa hari tersebut sungguh bermakna. Berkaca dari gerak sejarah
adalah tindakan sungguh tepat dalam membaca gerak-gerak perkembangan zaman dan
merumuskan resolusi yang dirasa mantap.
Tentu
tidak asal ucap dan asal sebut mengenai suatu peristilahan mengenai hari yang
bermakna dalam sebuah kalender. Berbicara hari kebangkitan nasional maka tentu
kita berbicara bagaimana tanggal 20 Mei beberapa abad silam atau tepatnya era
1900. Tanggal tersebut diambil berdasarkan tanggal berdirinya organisasi Budi
Utomo. Namun bukan hanya Budi Utomo saja organisasi yang berdiri pada era 1900,
banyak organisasi lain yang bermunculan sebagai bentuk perlawanan terhadap
kolonialisme. Budi Utomo dianggap sebagai pencetus organisasi yang menjadi
perlawanan terhadap kolonialisme pada era itu. Organisasi lain yang bermunculan
setelah Budi Utomo ada cukup banyak antara lain Indische Partij, Sarikat Dagang
Islam, dan juga tidak dapat kita lupakan mengenai Medan Priyayi yakni Pers yang
bercorak nasional pertama di Indonesia.
Lahirnya organisasi-organisasi yang bercorak nasional tidak dapat dilepaskan
dari peran pemuda pada masa itu. Peran pemuda dalam berbagai perkembangan zaman
di dunia memang sungguh mengesankan. Dengan ciri pemikiran terbuka dan
cenderung menyukai perubahan maka pemuda mempunyai peranan penting bagi suatu
perubahan dalam suatu peradaban yang terpuruk. Apabila kita menengok
fakta-fakta sejarah Indonesia, tak dapat di pungkiri bahwa pergerakan
kemerdekaan indonesia modern melawan kolonialisme digerakan dan dipelopori oleh
kaum muda yang membentuk beberapa organisasi pergerakan yang bersifat
nasionalis.
Hal
ini bisa kita lihat bahwa umur-umur para tokoh pergerakan nasional tersebut
berkisar antara 20-30 tahunan. Kartini sewaktu menyuarakan Cri De Coueurnya
(Jeritan Hati Nuraninya) pada tahun 1900-an melawan feodalisme dan
kolonialisme, berusia 20 tahunan. Begitu juga Sutomo dan Gunawan Mangunkusumo
beserta kawan-kawannya ketika mendirikan Budi Utomo pada 20 Mei 1908 mereka
semua berusia 20-25 tahunan. Tokoh Serikat Islam yang terkenal yaitu HOS
Tjokroaminoto ketika memimpin organisasi tersebut berusia 25 tahun. Soebadio
Sastrosatomo, Wikana, Chaerul Saleh, dan Soekarni, serta dokter Moeward ketika
memaksa Sukarno untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia berusia 25-30
tahunan, dan Sultan Syahrir sendiri yang ikut menggerakan pemuda pada waktu itu
berusia 36 tahun.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa peran pemuda dalam perkembangan zaman suatu peradaban
memegang peranan penting. Peran pemuda menjadi sangat penting dalam suatu
perjuangan untuk melawan suatu realitas yang berbau penindasan. Namun
pergerakan pemuda tanpa melibatkan rakyat adalah tidak tepat. Pemuda harus
saling bahu membahu dengan kaum rakyat tertindas dalam menghadapi penindasan
yang menimpa suatu bangsa. Pemuda adalah salah satu irama rahasia dalam suatu
perjuangan untuk memajukan peradaban.
Tahun
1900 dan sekarang tentu sudah jauh berbeda dan banyak memiliki perbedaan. Namun
peran pemuda selalu memegang peranan penting dalam sebuah perjuangan untuk
memajukan peradaban terpuruk. Sebagai usia yang produktif, pemuda memilki masa
depan untuk bisa menuju kemajuan bersama masyarakat. Dilihat dari aspek usia,
pemuda berjumlah 75 Juta orang dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 244, 8
Juta orang. Pemuda
tersebar sebagai pelajar dan mahasiswa, buruh, tani. Persebaran yang ada di
setiap sektor dan ciri-ciri khususnya menjadikan kedudukan peran pemuda sangat
penting sebagai tenaga produktif dalam suatu bangsa.
Moment
Hari Kebangkitan Nasional harus dijadikan sebagai rekfeksi dan merumuskan
resolusi-resolusi konkret dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dihadapi
Indonesia pada umumnya dan pemuda mahasiswa pada khususnya. Indonesia memang
sedang tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Penjajahan model baru yang
tidak terlihat dan kasat mata sedang menjangkit Indonesia. Lahir
kebijakan-kebijakan yang anti rakyat, semisal pencabutan subsidi bbm,
penguasaan sumber daya alam yang timpang, perampasan tanah oleh negara dan
banyak hal lainnya yang pada akhirnya menimbulkan kesenjangan secara ekonomi
dalam masyarakat Indonesia. Masalah-masalah tersebut kian hari semakin
menampakan dirinya dan menandai bahwa Indonesia memang tidak sedang baik-baik
saja. Indonesia sedang dijajah secara lembut namun berdampak nyata dan
menyengsarakan rakyat.
A.
Problem Umum Pemuda Indonesia
Diawali
dengan masalah-masalah seperti disebut diatas maka akan ikut berdampak kepada
sektor pemuda Indonesia. Persoalan umum pemuda dalam masyarakat Indonesia
adalahPendidikan dan Pekerjaan. Sebab pendidikan yang
mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat menjadi modal bagi pemuda
untuk mengembangkan diri menjadi tenaga produktif untuk mengambil bagian dalam
memajukan kondisi rakyat Indonesia. Namun pada kenyataannya, pendidikan yang
menjadi hak setiap warga negara atau pemuda pada khususnya masih saja dirampas
oleh negara. Pendidikan merupakan hak konstitusional warga negara yang diatur dalam
UUD 1945 maka negara wajib menyelenggarakannya tanpa terkecuali. Akan tetapi
kebijakan liberalisasi, komersialisasi, dan privatisasi telah menjadikan
pendidikan sebagai komoditas yang berorientasi keuntungan.
Kemudian orientasi politik pendidikan di Indonesia, dijadikan sebagai alat
kebudayaan untuk melegitimasi segala kebijakan pemerintah yang berhubungan
dengan ekonomi, politik, budaya dan militer yang menguntungkan bagi negara
asing. Sistem pendidikan yang tidak ilmiah, demokratis dan mengabdi kepada
rakyat hingga saat ini, melahirkan watak-watak yang anti progesif untuk
mengabdi kepada rakyat. Sehingga saat ini banyak kita temukan kaum-kaum
intelektuil baik yang bergelar Sarjana, Master, Profesor, menjadi penghamba
bagi Rejim boneka dan perusahaan-perusahan yang melanggengkan kepentingan
negara asing.
Sementara
itu, sempitnya lapangan pekerjaan menjadi persoalan bagi pemuda di Indonesia.
Dari total angkatan kerja di Indonesia berjumlah 118 juta orang, saat ini
penggangguran di Indonesia terhitung sebanyak 71,4 Juta dan bekerja serabutan
sekitar 58 Juta orang. Sedangkan pengangguran di usia muda di Indonesia,
berjumlah 4,9 juta orang. Sementara pengganguran yang berlatar belakang dari
lulusan mahasiswa berjumlah 1,2 juta orang. Pemuda yang
disebut sebagai kekuatan produktif di Indonesia bahkan tidak diberikan akses
atas lapangan pekerjaan untuk dapat mengembangkan kemampuan skill dan ilmu
pengetahuan untuk mendukung perjuangan reforma agraria sejati dan industry
nasional di Indonesia sebagai syarat kemajuan rakyat Indonesia.
B.
Problem Khusus Pemuda Mahasiswa Indonesia
Dari
persoalaan umum pemuda Indonesia atas pendidikan dan pekerjaan, kita
menyimpulkan persoalan khusus yang dihadapai oleh pemuda mahasiswa diantaranya
mencakup problem kebudayaan dan ekonomi, yakni :
-
Mahalnya biaya pendidikan, membuat rendahnya akses rakyat terutama dari
kalangan pemuda yang berlatar belakang klas buruh dan tani. Sehingga ini
mempertahankan kebudayaan terbelakang yang menindas dan menghisap rakyat
Indonesia.
- Sistem
pendidikan nasional di Indonesia menanamkan nilai anti ilmiah, anti demokratis
dan anti mengabdi kepada rakyat dan menjadikan pendidikan sebagai alat kebudayaan
untuk mendukung kepentingan negara asing. Sehingga pendidikan Indonesia hanya
melahirkan kaum-kaum intelektuil yang tidak berusaha memecahkan problem rakyat.
-
Sempitnya lapangan pekerjaan dan tidak adanya pekerjaan yang layak, menciptakan
pemuda penggangguran di Indonesia atau sebagian hanya bekerja serabutan.
Demikian juga pemuda mahasiswa yang kerap menjadi penganguran dan tidak bekerja
sesuai dengan keahlian disiplin ilmunya untuk mendukung pembangunan nasional
yang mengabdi kepada rakyat.
C.
Epilog
Dirasa
penting untuk menelisik kembali pemaknaan Hari Kebangkitan Nasional serta
permasalahan-permasalahan pemuda mahasiswa pada era kekinian. Melihat dari
kacamata sejarah bahwa lahirnya organisasi-organisasi yang bersifat nasional
merupakan titik awal dari kebangkitan nasional untuk melawan kolonilalisme kala
itu. Tentunya berbeda permasalahan yang dihadapi masyarakat Indonesia era 1900
dan era kontemporer. Namun metode yang digunakan tidak jauh berbeda yakni
dengan belajar, berorganisasi, dan berjuang.
Pentingnya
untuk pemuda mahasiswa agar dapat menambah pengetahuan agar mampu menganalisis
permasalahan-permasalahan yang terjadi di sektor pemuda mahasiswa dan berusaha
memberikan solusi atas masalah yang menimpa pemuda mahasiswa. Lalu tidak
cukuplah kaum pemuda khususnya mahasiswa setelah pengetahuannya bertambah
tentang teori-teori yang maju serta modern dapat semudah itu mendapat pengakuan
hak-haknya yang selama ini dikerdilkan. Langkah kedua adalah dengan
berorganisasi, karena dengan berorganisasi kita dapat memilki ruang-ruang untuk
mempraktekan pengetahuan-pengetahuan yang mereka dapat.
Apakah
pengetahuan itu sudah baik atau masih belum tentulah dapat dilihat apabila
mereka berpraktek langsung dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang
mereka dapat. Dalam organisasi sudah barang tentu memiliki tujuan yang harus
ditunaikan, dengan dasar memiliki pengetahuan yang mumpuni serta kawan-kawan
yang memiliki tujuan bersama dalam organisasi maka tentu tidaklah sulit untuk
mencapai tujuan tersebut. Konsisten, dialektis, dan objektif dalam melangkah
sudah hal wajib yang harus dikedepankan agar tujuan organisasi terwujud. Lalu,
apakah sudah cukup hanya dengan memiliki pengetahuan lalu berorganisasi?
Nampaknya tidak, agar problem pokok pemuda mahasiswa terwujud haruslah
diperjuangkan. Berjuang disini dapat diartikan sebagai wujud pengabdian kita
dari apa yang kita pelajari. Berjuang adalah ruang lain untuk menguji ilmu yang
telah kita dapatkan. Tentu saja dalam berjuang kita tidak bergerak sendirian.
Oleh sebab itu, sebelum berjuang perlu kiranya kita untuk berorganisasi. Maka,
pentinglah pemuda khususnya mahasiswa untuk belajar, berorganisasi, dan
berjuang agar hak-hak pemuda mahasiswa dapat terwujud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar